Pencarian akan Tuhan, dari dulu kala hingga saat ini terus berlangsung. Hal tersebut memang sangat lumrah. Dalam kitab suci Al Qur’an pun, diceritakan kisah Nabi Ibrahim yang mencari Tuhan, hingga pada akhirnya beliau dapat menemukanNya.
Namun, tidak semua pencari Tuhan, bertemu dengan Tuhan yang sesungguhnya. Diakhir usaha pencariaannya, pencari Tuhan ada yang berhasil nemu, ada yang setengah nemu-setengah enggak dan ada yang nggak nemu babar-blas.
Setelah sekian jauh berjalan, yang nggak nemu, ada yang tetap yakin Tuhan itu ada, tapi ada juga yang langsung ambil kesimpulan tegas: ”Tuhan nggak ada... sudah saya cari-cari sekian lama.. ternyata tidak ada.. hmmm”.
Ada juga yang nggak berhasil nemu dan ngasih keterangan tambahan: ”Yang mengaku nemu Tuhan itu mengada-ada. Tuhan yang diada-adakan. Konsepsi doang. Jadi mereka itu mempertuhankan konsepsi doang”.
Orang yang tidak percaya adanya alam ghaib, orang yang hanya berkutat di Dimensi Alam Materi saja, mencoba mencari Tuhan melalui materi-materi yang terpampang di alam sekitar dan jagad raya ini. Hasilnya? Bisa diduga: Tuhan tidak ditemukan, dan untuk “sementara” (entah sementara betulan atau sementaun dan sementetap.. ) mereka menganggap Tuhan itu tidak ada.
Sebagian lagi masih penasaran: “Tentulah alam-jagad raya ini bukan terjadi secara kebetulan. Ada yang menciptakan. Tetapi yang menciptakanNya belum saya temukan”. Lihatlah dalam tubuh kita, ”bagaimana mungkin sebuah kelenjar hormon, yang belum pernah melihat seperti apa system kerja sebuah kelenjar hormon yang lain, dapat mengirimkan hormon yang membuat kelenjar hormon lain tersebut bekerja dengan ketepatan yang luar biasa. Informasi data dan command apa yang terkandung dalam hormon tersebut? Pastilah ada Sang Maha Pencipta.
Orang yang kebetulan bisa melihat Dimensi Alam Energi, alam ghaib dibalik alam materi, juga mencoba mencari Tuhan. Mereka sudah mencari ke utara, hanya ketemu naga. Dan telah bertanya ia kepada Naga. ”Hai naga, tahukah kamu dimana Tuhan bisa aku temui?” ”tuhan???” apaan tuh? Aku tidak tahu tuhan, yang kutahu ada kera sakti setengah dewa yang berdiam di ujung gunung itu”.
Mereka sudah pula mencari ke barat, hanya ketemu Jinny. Sebelum ditanya, si Jinny sudah ngomong duluan ”sorry.. you are not my master”.
Mereka sudah pula mencari ke timur, malah ketemu Ifrit. Agaknya mereka lupa mencari ke selatan. Coba ke selatan, pasti ketemu kang guru dan ko ala...
Ada sebagian orang yang bisa melihat Dimensi Alam Energi tapi belum nemu Tuhannya, sudah berkomentar terhadap pendapat orang yang bisa melihat alam ghaib, yang juga belum nemu TuhanNya, tapi percaya betul Tuhan itu ada: “Masaaaak??!! situ nggak nemu aja bisa bilang Tuhan itu ada? Buktikan dong?? Kami perlu bukti bukan tuhan yang diada-adakan!!!
Ada sebagian orang yang bisa melihat Dimensi Alam Energi, belum nemu Tuhannya, namun ia percaya dan terus mencari Tuhannya. Diantara mereka juga ada yang berkomentar tentang orang yang bisa melihat Dimensi Alam Energi tetapi tidak percaya Tuhan itu ada: “Payah tuhh!!! Kemampuan scan-nya aja masih cethek bin buthek banget sudah beranian ngatain Tuhan itu nggak ada, cuma bikin-bikinan.. Tuhan yang diada-adakan.. sok tau bener luh…!!!
Ada orang-orang yang mencoba menyelami Dimensi Alam Energi. Masuk ke dalam diri, menelusuri setiap sudut hatinya. Masuk dan terus masuk, terbentur kerasnya emosi, terbentur piciknya pikiran, akhirnya ketemu kekosongan.. oh tidak ada apa-apa. Tidak ada apa-apa selain aku. Aku sudah lebur dengan kekosongan. Akulah Sang Kekosongan. Tuhan itu kosong.
Ada juga penyelam diri yang sudah nemu kekosongan, namun ia tidak percaya kekosongan adalah dasar samudra yang ia selami. Ah.. masak Dia adalah dasarnya? Bukankah Dia tidak Terbatas?. Sedang yang terbatas itu makhluk. Dia Maha Tak Terbatas. Dan ternyata betul, ia dapat menyingkap dasar samudra itu. Maka, melajulah ia ketahapan perjalanan selanjutnya, di Dimensi Alam Cahaya. Dan ternyata Dimensi Alam Cahaya pun bukanlah akhir dari pencarian akan Tuhannya.
Siapapun mereka, apapun yang mereka percayai, mereka akan menemukan apa yang mereka percayai dan apa yang mereka tidak percayai. Kembali kepada yang dipercayainya dan tidak dipercayainya.
Yang tidak percaya, akan kembali mendapatkan ketidak-percayaannya. Yang percaya berhala, akan kembali kepada berhalanya. Yang percaya dirinya adalah tuhan itu sendiri, akan kembali kepada dirinya sendiri. Dan yang percaya pada Allah Yang Maha Menciptakan. Ia akan kembali pada Allah Sang Maha Pencipta.
Adakah ruginya mempercayai adanya Sang Pencipta, yang menciptakan segala-sesuatu, meliputi dirinya?. Tidak ada.
Jika ternyata Tuhan yang ia percayai itu tidak ada, ia telah terlanjur terbang tinggi dan akan tetap terbang diketinggian. Jika terbukti ada, maka ia akan sangat berbahagia ketemu Sang Maha Pencipta. Yang telah menciptakan orang-orang yang percaya maupun yang tidak percaya.
Adakah ruginya tidak percaya adanya Sang Pencipta. Jelas ada, jika terbukti ada maka segala ketentuan hukum itu berlaku dan merugilah ia selama-lamanya. Abadaa...
Tapi.. omong punya omong, selain para pencari Tuhan, ada juga yang nggak mau tahu dan nggak mau nyari: ”Ngapain Tuhan dicari-cari? Wong jelas-jelas nggak bakalan nemu.. Gitu aja repot!!!” Hihihihi.....
0 comments:
Posting Komentar